Seorang bocah berusia 9 tahun membakar 13 rumah warga di Sukabumi, Jawa Barat. Bocah tersebut mengaku meniru adegan dari film aksi yang sering ia tonton tanpa pengawasan orang tua. Api yang ia nyalakan cepat menyebar dan menghanguskan rumah-rumah yang sebagian besar terbuat dari kayu.

Polisi menangani kasus ini dengan pendekatan perlindungan anak, karena pelaku masih di bawah umur. Mereka juga mengumpulkan medusa88  keterangan dari keluarga dan warga sekitar untuk mengetahui lebih dalam latar belakang peristiwa tersebut. Meskipun bocah itu tidak bisa diproses secara pidana, pihak kepolisian tetap melakukan penyelidikan menyeluruh.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menanggapi serius insiden ini. Mereka mendesak pemerintah daerah dan orang tua untuk lebih aktif mengawasi aktivitas anak, terutama dalam hal akses tontonan. “Anak tidak seharusnya menonton tayangan kekerasan tanpa bimbingan. Orang tua dan lingkungan harus ikut bertanggung jawab,” tegas salah satu komisioner KPAI.

KPAI juga mendorong sekolah dan masyarakat agar memberikan edukasi literasi digital sejak dini. Mereka percaya, jika anak-anak memahami dampak dari tontonan yang mereka konsumsi, mereka tidak akan mudah meniru tindakan berbahaya.

Sementara itu, pemerintah daerah menyiapkan tempat tinggal sementara bagi para korban dan menyalurkan bantuan logistik. Tim psikolog dari Dinas Sosial dan KPAI juga sudah turun langsung untuk melakukan pendampingan terhadap bocah pelaku dan para korban.

Kasus ini membuka mata banyak pihak bahwa tanpa pengawasan dan edukasi yang tepat, konten hiburan bisa berubah menjadi sumber bahaya nyata bagi anak-anak dan masyarakat sekitar.

By admin